Sabtu, 28 April 2012

Antara UNHAS dan STAN (1)

Aku sangat bahagia bisa lolos dalam 2 buah kompetisi akbar yang benar-benar menguras pikiran dan tenaga sebagian besar calon mahasiswa. Mungkin begitu pula yang dirasakan oleh sebagian besar orang seumurku yang memiliki keberuntungan dan bakat sepertiku. Lolos dalam 2 buah kompetisi super ketat memang merupakan sebuah anugerah sekaligus sebuah kebanggaan.

Untuk bisa lolos dalam sebuah kompetisi inteligensi yang cukup memeras otak seperti SNMPTN dan STAN, ku akui, pintar dan cerdas dalam pelajaran saja tak akan cukup. Masih banyak sikap lain yang
sangat dibutuhkan di sini. Misalnya, kita butuh kejujuran dalam mengerjakannya. Banyak sekali orang yang mengaku terpelajar dan terdidik, namun sayangnya, mereka tak punya kejujuran dalam hatinya. Setelah itu, kita butuh keikhlasan dan kepasrahan terhadap hasil yang akan kita peroleh nantinya. Persiapkan perasaan siap menerima kekalahan jika memang hal itu ‘mungkin’ akan terjadi. Namun, seiring itu, optimisme harus terus dibangun. Jika masih ada waktu, tak ada salahnya mencoba.

Siapapun akan bangga jika ia dinyatakan lolos dalam 2 buah kompetisi ilmiah terbesar di negeri ini : SNMPTN dan STAN. Walaupun pada awalnya, aku ragu dalam menjalani masing-masing tesnya, toh aku selalu bisa mengerjakan soalnya dengan tenang tanpa kegelisahan. Mungkin dari ketenangan itulah, keberuntungan menyapaku. Ya, kadang-kadang sebuah ketenangan dan kesunyian dapat memberikan kebahagiaan kepada seseorang.

Pertama kali ku hadapi kertas ujian SNMPTN, aku selalu merasa bahwa akulah orang yang terbodoh, yang tidak akan bisa lolos, dan pikiran-pikiran negatif lain. Begitu pula dengan ujian masuk STAN, aku sama sekali tak berpikir bahwa aku bisa menjadi salah satu orang yang bisa berdiri tegar di antara ribuan orang yang juga lolos setelah menaklukkan USM STAN itu. Pelajaran moral no.1 yang bisa ku ambil adalah jika ingin lolos dalam suatu ujian, merasa rendah dirilah.

Menunggu pengumuman SNMPTN pun menjadi hal yang menjemukan bagiku. Hari-hari yang panjang dan penuh penantian itu ku habiskan hanya dengan On-Line, menyapa teman-teman lewat Facebook, menanyakan kabar mereka, atau hanya sekedar men-download beberapa file kesukaanku. Pada malam hari, ketika pengumuman itu resmi keluar, ayahku sempat pesimis aku tak bakal lolos dengan porsi belajar yang tidak semestinya. Namun benar, keajaiban itu datang dengan tak disangka-sangka. Aku lulus SNMPTN. What an unbelievable surprise !

Namaku tertera dalam situs resmi SNMPTN. Ayah-Ibuku serta adik-adikku menangis mengharu biru dalam sebuah gubuk kecil itu. Aku yang menjadi centre of attention pun tak mampu mengeluarkan air mataku. Ingin ku menangis, menyelamati keberhasilanku dalam menaklukkan rangkaian soal mekanika, tata bahasa, grammar, TPA, dan lain-lain. Aneh, mata ini tak dapat menangis walaupun ingin menangis. Namun, tawa bahagiaku mungkin sudah cukup menjadi alasan mengapa aku harus tetap bangkit untuk menaklukkan tantangan selanjutnya, yaitu berkuliah di Unhas dan meraih baju wisuda lebih cepat dari teman-temanku.

Fakta bahwa banyak teman-temanku yang tidak lolos SNMPTN begitu miris dalam pikiranku. Banyak teman-temanku di JILC yang kurang beruntung menjadi salah satu mahasiswa/i perguruan tinggi negeri. Namun, menurutku, mungkin ini adalah sebuah cobaan. Aku yakin Tuhan telah jelas menakdirkan yang terbaik untuk mereka. Aku yakin, mereka itu adalah orang-orang yang pintar, mungkin saja mereka kurang beruntung saja. Aku pun yakin, mereka bisa sukses di luar sana. Aku yakin itu ! Perjuangan mereka tak akan sia-sia !

Aku diterima sebagai mahasiswa Teknik Informatika di UNHAS. Teknik Informatika adalah program studi yang spesial di UNHAS, setidaknya menurutku. Banyak hal yang membuatku bangga menjadi salah satu mahasiswa Teknik Informatika. Pertama, prodi ini merupakan salah satu prodi di Unhas yang memilih peminat yang sangat banyak, bahkan hampir melebihi prodi pendahulunya, yaitu Kedokteran. Kedua, prodi ini didirikan setahun yang lalu. Dengan kata lain, prodi ini belum menghasilkan satupun lulusan. Angkatanku merupakan angkatan kedua di prodi ini. Ketiga, prodi ini merupakan prodi Fakutas Teknik yang paling keren karena lulusan Informatika umumnya bekerja sebagai seorang informan dan ahli komputer yang handal. Profesi itu menurutku adalah profesi yang paling keren.

Prodi ini masuk dalam Fakultas Teknik. Fakultas Teknik itu sendiri adalah fakultas yang memiliki jumlah mahasiswa terbanyak di UNHAS. Namun sayang sekali, imej fakultas ini tak cukup membuatku puas pada apa yang ada dan selalu saja fakultas ini diidentikkan dengan kekerasan. Aku tak tahu, mengapa fakultas yang menghasilkan perekayasa-perekayasa teknologi ini bisa mendapatkan cap yang tak begitu bersinar seperti sinar cerah masa depannya. Tapi, aku yang tak tahu apa-apa tentang fakultas Teknik waktu itu cuek saja seolah cap itu hanya sebuah legenda saja.

Teknik dan Kedokteran adalah dua saingan berat. Keduanya banyak melahirkan orang-orang yang berguna dalam masyarakat. Jika ada orang yang menanyakan jurusan kita, kemudian kita menjawab bahwa kita berasal dari salah satu fakultas itu, hati kita begitu bahagia dan bangganya.

Memasuki area Teknik, aku tiba-tiba merasa telah menjadi orang yang spesial di antara ratusan mahasiswa teknik yang memang begitu spesial. Timbul keinginan untuk menuntu ilmu sebaik-baiknya, menggali lubang pengetahuan yang begitu dalam terpendam, dan mencari tahu apakah aku bisa mengarungi lautan samudra intelijensi yang begitu luas. Semua itu timbul karena didorong oleh harapan orang-orang di sekitarku yang menginginkan aku menjadi seorang informan yang baik dan handal. Dalam hati kecilku, aku berteriak sekeras-kerasnya bahwa aku ingin mewujudkan hal itu.

Ketika aku melangkahkan kaki di dalam wilayah keteknikan Fakultas Teknik, aku begitu takjub oleh tiang-tiang yang berdiri tegar di atas atap-atap gedung perkuliahan Fakultas Teknik. Jika diperhatikan, sebuah eksklusivitas akan nampak sangat jelas merajai fakultas ini. Tiang-tiang itu rupanya adalah tiang-tiang bendera hitam berlambang tengkorak putih yang kelihatan begitu menakutkan. Hal ini seolah menegaskan eksistensi Teknik sebagai salah satu kerajaan ilmu terbesar di UNHAS. Aku tak tahu, apa maksud bendera berlambang tengkorak itu dipasang dengan begitu menyeramkan. Yang aku tahu, jumlahnya begitu banyak seolah mengisyaratkan bahwa tak ada yang boleh main-main jika telah memasuki Fakultas Teknik.

Setelah seminggu menjalani PMB ( Penerimaan Mahasiswa Baru ) di UNHAS, aku sedikit demi sedikit mulai mengenal teman-teman sejurusan dan se-prodi-ku. Mereka adalah orang-orang yang ( mungkin ) cerdas dan paling beruntung dan aku bangga bisa menjadi bagian dari mereka. Dari wajah mereka, tercermin sebuah masa depan yang cerah, masa depan yang cukup mampu digenggam dengan kesuksesan. Walaupun anak-anak TI sudah saling akrab, namun hanya aku yang merasa eksklusif sendirian. Aku hanya akrab dengan beberapa teman saja. Jujur, aku memang belum mengenal mereka semua, mungkin karena aku kurang bersosialisasi dengan mereka. Ku akui, aku memang tak mudah akrab dengan orang lain. Itulah kelemahanku.

Kuliah perdana dan beberapa kegiatan intern kampus setiap hari Sabtu kami jalani bersama-sama meski di antara kami selalu saja ada kecanggungan. Aku selalu merasa bahagia di awal-awal perkuliahanku di UNHAS, walaupun teror-teror dari senior kami selalu saja menghantuiku. Di Teknik, ada beberapa ritual yang harus kami lakukan sebagai wujud hormat kami kepada senior kami, misalnya kami harus menunduk dan tak boleh memandang wajah senior kami. Contoh lain, jika kami jalan bersama-sama, mahasiswi harus jalan di depan mahasiswa. Sungguh ritual yang tak lazim, namun itu adalah sebuah realita dan keharusan.

Ada beberapa hal yang selalu ku nikmati setelah berada kurang lebih hampir 3 minggu di kampus merah itu. Misalnya saja, aku sangat suka naik pete-pete berkode ‘07’. Entah kenapa, aku selalu merasa senang jika pergi kuliah di Unhas dengan menaiki kendaraan yang satu ini. Selanjutnya, aku juga sangat menikmati perjalananku dari rumah menuju kampus. Walaupun pernah hampir terlambat, namun nikmatnya menaiki pete-pete merupakan kenangan manis bagiku.

Masa-masa di Unhas merupakan masa-masa yang cukup menyenangkan bagiku. Walaupun belum saling mengenal satu sama lain, kami, anak TI, masih tetap menjaga kebersamaan dan kekompakan, apalagi jika kami berjalan menuju ruangan kuliah.

( BERSAMBUNG )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar