Aku sangat bahagia bisa lolos dalam 2 buah kompetisi akbar yang
benar-benar menguras pikiran dan tenaga sebagian besar calon mahasiswa.
Mungkin begitu pula yang dirasakan oleh sebagian besar orang seumurku
yang memiliki keberuntungan dan bakat sepertiku. Lolos dalam 2 buah
kompetisi super ketat memang merupakan sebuah anugerah sekaligus sebuah
kebanggaan.
Untuk bisa lolos dalam sebuah kompetisi inteligensi
yang cukup memeras otak seperti SNMPTN dan STAN, ku akui, pintar dan
cerdas dalam pelajaran saja tak akan cukup. Masih banyak sikap lain yang
sangat dibutuhkan di sini. Misalnya, kita butuh kejujuran dalam
mengerjakannya. Banyak sekali orang yang mengaku terpelajar dan
terdidik, namun sayangnya, mereka tak punya kejujuran dalam hatinya.
Setelah itu, kita butuh keikhlasan dan kepasrahan terhadap hasil yang
akan kita peroleh nantinya. Persiapkan perasaan siap menerima kekalahan
jika memang hal itu ‘mungkin’ akan terjadi. Namun, seiring itu,
optimisme harus terus dibangun. Jika masih ada waktu, tak ada salahnya
mencoba.
Siapapun akan bangga jika ia dinyatakan lolos dalam 2
buah kompetisi ilmiah terbesar di negeri ini : SNMPTN dan STAN. Walaupun
pada awalnya, aku ragu dalam menjalani masing-masing tesnya, toh aku
selalu bisa mengerjakan soalnya dengan tenang tanpa kegelisahan. Mungkin
dari ketenangan itulah, keberuntungan menyapaku. Ya, kadang-kadang
sebuah ketenangan dan kesunyian dapat memberikan kebahagiaan kepada
seseorang.
Pertama kali ku hadapi kertas ujian SNMPTN, aku
selalu merasa bahwa akulah orang yang terbodoh, yang tidak akan bisa
lolos, dan pikiran-pikiran negatif lain. Begitu pula dengan ujian masuk
STAN, aku sama sekali tak berpikir bahwa aku bisa menjadi salah satu
orang yang bisa berdiri tegar di antara ribuan orang yang juga lolos
setelah menaklukkan USM STAN itu. Pelajaran moral no.1 yang bisa ku
ambil adalah jika ingin lolos dalam suatu ujian, merasa rendah dirilah.
Menunggu pengumuman SNMPTN pun menjadi hal yang menjemukan bagiku.
Hari-hari yang panjang dan penuh penantian itu ku habiskan hanya dengan
On-Line, menyapa teman-teman lewat Facebook, menanyakan kabar mereka,
atau hanya sekedar men-download beberapa file kesukaanku. Pada malam
hari, ketika pengumuman itu resmi keluar, ayahku sempat pesimis aku tak
bakal lolos dengan porsi belajar yang tidak semestinya. Namun benar,
keajaiban itu datang dengan tak disangka-sangka. Aku lulus SNMPTN. What
an unbelievable surprise !
Namaku tertera dalam situs
resmi SNMPTN. Ayah-Ibuku serta adik-adikku menangis mengharu biru dalam
sebuah gubuk kecil itu. Aku yang menjadi centre of attention pun tak
mampu mengeluarkan air mataku. Ingin ku menangis, menyelamati
keberhasilanku dalam menaklukkan rangkaian soal mekanika, tata bahasa,
grammar, TPA, dan lain-lain. Aneh, mata ini tak dapat menangis walaupun
ingin menangis. Namun, tawa bahagiaku mungkin sudah cukup menjadi alasan
mengapa aku harus tetap bangkit untuk menaklukkan tantangan
selanjutnya, yaitu berkuliah di Unhas dan meraih baju wisuda lebih cepat
dari teman-temanku.
Fakta bahwa banyak teman-temanku yang tidak
lolos SNMPTN begitu miris dalam pikiranku. Banyak teman-temanku di JILC
yang kurang beruntung menjadi salah satu mahasiswa/i perguruan tinggi
negeri. Namun, menurutku, mungkin ini adalah sebuah cobaan. Aku yakin
Tuhan telah jelas menakdirkan yang terbaik untuk mereka. Aku yakin,
mereka itu adalah orang-orang yang pintar, mungkin saja mereka kurang
beruntung saja. Aku pun yakin, mereka bisa sukses di luar sana. Aku
yakin itu ! Perjuangan mereka tak akan sia-sia !
Aku diterima
sebagai mahasiswa Teknik Informatika di UNHAS. Teknik Informatika adalah
program studi yang spesial di UNHAS, setidaknya menurutku. Banyak hal
yang membuatku bangga menjadi salah satu mahasiswa Teknik Informatika.
Pertama, prodi ini merupakan salah satu prodi di Unhas yang memilih
peminat yang sangat banyak, bahkan hampir melebihi prodi pendahulunya,
yaitu Kedokteran. Kedua, prodi ini didirikan setahun yang lalu. Dengan
kata lain, prodi ini belum menghasilkan satupun lulusan. Angkatanku
merupakan angkatan kedua di prodi ini. Ketiga, prodi ini merupakan prodi
Fakutas Teknik yang paling keren karena lulusan Informatika umumnya
bekerja sebagai seorang informan dan ahli komputer yang handal. Profesi
itu menurutku adalah profesi yang paling keren.
Prodi ini masuk
dalam Fakultas Teknik. Fakultas Teknik itu sendiri adalah fakultas yang
memiliki jumlah mahasiswa terbanyak di UNHAS. Namun sayang sekali, imej
fakultas ini tak cukup membuatku puas pada apa yang ada dan selalu saja
fakultas ini diidentikkan dengan kekerasan. Aku tak tahu, mengapa
fakultas yang menghasilkan perekayasa-perekayasa teknologi ini bisa
mendapatkan cap yang tak begitu bersinar seperti sinar cerah masa
depannya. Tapi, aku yang tak tahu apa-apa tentang fakultas Teknik waktu
itu cuek saja seolah cap itu hanya sebuah legenda saja.
Teknik
dan Kedokteran adalah dua saingan berat. Keduanya banyak melahirkan
orang-orang yang berguna dalam masyarakat. Jika ada orang yang
menanyakan jurusan kita, kemudian kita menjawab bahwa kita berasal dari
salah satu fakultas itu, hati kita begitu bahagia dan bangganya.
Memasuki area Teknik, aku tiba-tiba merasa telah menjadi orang yang
spesial di antara ratusan mahasiswa teknik yang memang begitu spesial.
Timbul keinginan untuk menuntu ilmu sebaik-baiknya, menggali lubang
pengetahuan yang begitu dalam terpendam, dan mencari tahu apakah aku
bisa mengarungi lautan samudra intelijensi yang begitu luas. Semua itu
timbul karena didorong oleh harapan orang-orang di sekitarku yang
menginginkan aku menjadi seorang informan yang baik dan handal. Dalam
hati kecilku, aku berteriak sekeras-kerasnya bahwa aku ingin mewujudkan
hal itu.
Ketika aku melangkahkan kaki di dalam wilayah
keteknikan Fakultas Teknik, aku begitu takjub oleh tiang-tiang yang
berdiri tegar di atas atap-atap gedung perkuliahan Fakultas Teknik. Jika
diperhatikan, sebuah eksklusivitas akan nampak sangat jelas merajai
fakultas ini. Tiang-tiang itu rupanya adalah tiang-tiang bendera hitam
berlambang tengkorak putih yang kelihatan begitu menakutkan. Hal ini
seolah menegaskan eksistensi Teknik sebagai salah satu kerajaan ilmu
terbesar di UNHAS. Aku tak tahu, apa maksud bendera berlambang tengkorak
itu dipasang dengan begitu menyeramkan. Yang aku tahu, jumlahnya begitu
banyak seolah mengisyaratkan bahwa tak ada yang boleh main-main jika
telah memasuki Fakultas Teknik.
Setelah seminggu menjalani PMB
( Penerimaan Mahasiswa Baru ) di UNHAS, aku sedikit demi sedikit mulai
mengenal teman-teman sejurusan dan se-prodi-ku. Mereka adalah
orang-orang yang ( mungkin ) cerdas dan paling beruntung dan aku bangga
bisa menjadi bagian dari mereka. Dari wajah mereka, tercermin sebuah
masa depan yang cerah, masa depan yang cukup mampu digenggam dengan
kesuksesan. Walaupun anak-anak TI sudah saling akrab, namun hanya aku
yang merasa eksklusif sendirian. Aku hanya akrab dengan beberapa teman
saja. Jujur, aku memang belum mengenal mereka semua, mungkin karena aku
kurang bersosialisasi dengan mereka. Ku akui, aku memang tak mudah akrab
dengan orang lain. Itulah kelemahanku.
Kuliah perdana dan
beberapa kegiatan intern kampus setiap hari Sabtu kami jalani
bersama-sama meski di antara kami selalu saja ada kecanggungan. Aku
selalu merasa bahagia di awal-awal perkuliahanku di UNHAS, walaupun
teror-teror dari senior kami selalu saja menghantuiku. Di Teknik, ada
beberapa ritual yang harus kami lakukan sebagai wujud hormat kami kepada
senior kami, misalnya kami harus menunduk dan tak boleh memandang wajah
senior kami. Contoh lain, jika kami jalan bersama-sama, mahasiswi harus
jalan di depan mahasiswa. Sungguh ritual yang tak lazim, namun itu
adalah sebuah realita dan keharusan.
Ada beberapa hal
yang selalu ku nikmati setelah berada kurang lebih hampir 3 minggu di
kampus merah itu. Misalnya saja, aku sangat suka naik pete-pete berkode
‘07’. Entah kenapa, aku selalu merasa senang jika pergi kuliah di Unhas
dengan menaiki kendaraan yang satu ini. Selanjutnya, aku juga sangat
menikmati perjalananku dari rumah menuju kampus. Walaupun pernah hampir
terlambat, namun nikmatnya menaiki pete-pete merupakan kenangan manis
bagiku.
Masa-masa di Unhas merupakan masa-masa yang cukup
menyenangkan bagiku. Walaupun belum saling mengenal satu sama lain,
kami, anak TI, masih tetap menjaga kebersamaan dan kekompakan, apalagi
jika kami berjalan menuju ruangan kuliah.
( BERSAMBUNG )
Sabtu, 28 April 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tentang Saya
- Pencari Cahaya
- Alumni STAN Angkatan 2009 | Calon PNS di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak Angkatan 2013
Pengunjung Setia
Diberdayakan oleh Blogger.
Postingan Terpopuler
-
Cinta. Kini sudah direkayasa. Diolak alik. Semanis madu. Tapi berbisa. Cinta. Kini sudah jadi dilema. Beritanya pun. Selalu jadi t...
-
Postingan pertama, akhirnyaaaa... :3 Di postingan pertama ini, saya ingin bercerita tentang lirik lagu yang sudah saya terjemahin ke dalam...
-
( LANJUTAN ) Objek yang paling menakutkan di setiap Universitas di Indonesia, tak terkecuali di Unhas, adalah Senior. Bahkan ada sebuah ...
-
Capacity Building Gelombang I 11-18 September 2012 Awalnya, yudisium untuk spesialisasi Akuntansi -jurusan yang saya geluti, red- dij...
-
Ini catatan FB pertama yang aku buat pertama kali di STAN. Catatan ini tentang aku dan mama. Tentang hari-hari kami di ...
-
( Lanjutan ) Sekembalinya ibuku ke Makassar, hidupku di kosan terasa sangat sepi. Teman-temanku yang berasal dari Makassar sem...
-
Aku sangat bahagia bisa lolos dalam 2 buah kompetisi akbar yang benar-benar menguras pikiran dan tenaga sebagian besar calon mahasiswa. Mu...
-
Berawal dari minat saya membaca artikel, baik itu artikel bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Dulu, waktu jaman kelas 3 SMP, temen say...
-
Ehem ehem. Masih ingat blog ini ? Halaaah.. *pura-pura amnesia* -,- Setelah sekian lama vakum dari dunia tulis-menulis dan baca-membaca...
-
Tinggal beberapa hari, saya akan pulang kembali ke kampung halaman saya di Makassar. Sisa beberapa hari lagi batas waktu pengumpulan outlin...
Tema
- Aku dan Tuhan (1)
- Keluarga (1)
- Kisahku (9)
- Opiniku (5)
- Pengetahuan (1)
- Puisi (1)
- Random (1)
- Romantisme (7)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar