Sabtu, 28 April 2012

Antara UNHAS dan STAN (3)

( Lanjutan )

          Sekembalinya ibuku ke Makassar, hidupku di kosan terasa sangat sepi. Teman-temanku yang berasal dari Makassar semuanya pulang kembali ke Makassar. Sungguh, kehadiran ibuku selama 5 hari di STAN sangat berarti bagiku karena tanpanya aku tidak akan memperoleh semangat hidup dan semangat berkuliah yang begitu besar.

          Ku pikir, ada gunanya juga aku lulus di STAN. Dengan lulusnya aku di STAN, aku juga sekaligus
bisa keliling kota-kota besar di pulau Jawa. Perjalanan ini bermula ketika ayahku mengajakku untuk berlebaran di Yogyakarta karena beliau memang telah berada di sana untuk menyelesaikan studi S3-nya. Beliau menugasi kakak sepupuku untuk mengantarku ke Stasiun Gambir. Perjalanan Jakarta-Yogyakarta dengan kereta api terasa sangat berkesan bagiku karena aku baru pertama kali naik kereta api. Selain itu, teman dudukku di kereta api kelas Eksekutif itu adalah seorang gadis yang sangat baik. Dia beberapa tahun lebih tua dariku dan yang membuatku sangat tertarik adalah karena dia tahu banyak tentang Islam walaupun dia itu sebenarnya Non-Muslim. Itulah hal yang membuatku bahagia selama perjalananku menuju Yogyakarta. Aku tak menyangka bahwa ternyata di dunia ini ada orang yang sebaik dia. Dia bahkan cukup tertarik tentang ajaran-ajaran Islam yang menyentuh semua aspek kehidupan manusia. Saat itu aku berpikir bahwa aku akhirnya menemukan sosok Maria yang ada di dalam novel Ayat-Ayat Cinta karangan Kang Abik. Sungguh, dialah Maria itu. Dialah gadis Non-Muslim yang mampu membuatku terkagum-kagum karena pengetahuannya tentang Islam yang sangat luar biasa. Pertemuan kami berakhir saat dia memutuskan untuk turun di stasiun kota Purwokerto. Ia tersenyum manis padaku sambil mengucapkan selamat tinggal. Menit-menit setelah itu, menit-menit menuju stasiun berikutnya, aku serasa telah mendapat suntikan semangat dari seorang gadis yang ku kenal di atas kereta itu. Gadis yang hebat dan memukau lewat kata-katanya yang menyentuh. Setelah kereta itu berjalan lagi meninggalkan stasiun Purwokerto, aku pun akhirnya memiliki semangat itu untuk menjejaki hidupku selanjutnya.

          Kota Yogyakarta ternyata lebih indah dan lebih eksotis dibandingkan dugaanku selama ini. Akhirnya, aku bisa juga menginjakkan kakiku di Kota Pelajar ini. Kota ini memang jauh lebih kecil daripada Jakarta, namun juga jauh lebih teratur daripada Jakarta. Aku tiba di Yogya pada saat senja mencapai puncaknya. Aku berada di Yogya selama 17 hari. Selama liburan panjang itu, aku telah mengunjungi banyak sekali tempat wisata baik yang ada di Yogya maupu yang ada di Solo. Selama di Yogya, aku tidak merasa kesepian karena ada sepupuku yang menemani hari-hariku. Dia hampir setiap hari mengajakku jalan-jalan mengelilingi kota Yogya. Namanya Kak Irma. Kunjunganku yang pertama di Yogya adalah Kraton Yogya. Di sana aku melihat bahwa sifat kerajaan yang dimiliki Yogya masih sangat kental. Di depan kraton, berdiri sebuah pohon besar yang dipagari. Nampaknya, pohon itu sudah berusia sangat tua sehingga harus dipagari. Apalagi pohon itu tumbuh tepat di depan istana kraton.

          Kunjunganku semakin banyak setelah lebaran. Pertama, aku mengunjungi Tugu yang konon katanya merupakan tempat para pejuang Yogyakarta merayakan kemerdekaan Indonesia. Tugu itu sendiri merupakan sebuah tiang besar yang berada di jantung kota Yogyakarta. Hari berikutnya, aku mengunjungi Candi Prambanan yang letaknya di perbatasan kota Yogya dan kota Solo. Ternyata, ada banyak sekali candi yang masih dalam proses pemugaran karena bencana gempa yang pernah melanda kota ini. Ketika menginjak kompleks candi, aku tak hentinya berdecak kagum melihat keagungan karya manusia yang mungkin tak pernah ku bayangkan sebelumnya tentang bagaimana cara membangunnya. Satu kata yang mampu terucap saat itu : Indah.

          Hari selanjutnya, aku mengunjungi kebun binatang Gembira Loka, salah satu kebun binatang terbesar di Indonesia. Terakhir, aku pergi berkeliling kota Solo dengan menggunakan kereta api termurah di Jawa. Yah, sungguh liburan di Yogyakarta memang menjadi liburan yang paling menyenangkan seumur hidupku.

          Setelah hampir sebulan aku menikmati liburanku di Yogya, aku pun berencana kembali ke Jakarta untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan DINAMIKA nanti. Ayahku menemaniku selama 3 hari di Jakarta sebelum akhirnya kembali ke Makassar karena ada hal yang harus beliau selesaikan di sana.

          Seminggu setelah kedatanganku kembali ke STAN, aku dihadapkan pada sebuah kegiatan pertamaku di STAN, yaitu kegiatan PRA-DINAMIKA dan kegiatan DINAMIKA. DINAMIKA atau Studi Perdana Memasuki Kampus adalah langkah awal yang harus ditempuh oleh seorang mahasiswa STAN untuk mengenal kampus tercintanya. Banyak manfaat dan kenangan yang diperoleh oleh seorang mahasiswa STAN setelah ia mengikuti DINAMIKA. Bagi universitas lain, tujuan pelaksanaan DINAMIKA di STAN hampir sama saja. Bedanya, di DINAMIKA sama sekali tidak dikenal ‘permainan fisik’ yang biasanya dilakukan oleh senior kepada juniornya seperti di kampus-kampus lain. DINAMIKA tidak menonjolkan kekerasan fisik, melainkan lebih menekankan kedisiplinan kepada juniornya. Menurutku, memang sebenarnya bukan kekerasan yang membentuk mental seseorang. Kekerasan justru membuat seseorang trauma dan membentuk pribadinya menjadi pribadi yang suka memberontak. Sebaliknya, kedisiplinanlah yang mampu membentuk mental seseorang menjadi mental juara, mental pemenang, mental pemberani, dan mental intelektual.

          Sebelum DINAMIKA dimulai, kami terlebih dahulu dibagi menurut kelompok-kelompok yang telah ditentukan oleh panitia DINAMIKA. Aku sendiri masuk dalam kelompok 70 gugus Jingga. DINAMIKA diawali dengan pembukaan oleh Direktur STAN Bapak Kusmanadji. Kemudian, selanjutnya DINAMIKA diisi dengan kegiatan-kegiatan yang cukup melelahkan namun inspiratif. Bayangkan saja, kami diperintahkan untuk mengingat sebuah password yang hanya diulang 2 kali oleh Raka Peneva. Selain itu, di tengah malam, kami seringkali mendapatkan tugas mendadak, misalnya mengarang tentang sesuatu yang kita cita-citakan. Inilah tantangannya. Jika kita tidak siap fisik dan mental, maka sulit bagi kita untuk melaksanakan tugas-tugas DINAMIKA yang memang cukup berat.

          Di dalam DINAMIKA, ada sebutan Raka dan Rakanita. Raka adalah sebutan untuk kakak tingkat laki-laki dalam acara itu sedangkan Rakanita adalah sebutan untuk kakak tingkat perempuan. Dalam DINAMIKA, bidang Peneva ( Penilai dan Evaluasi ) adalah bidang yang memiliki otoritas untuk memberikan tugas-tugas DINAMIKA dan menilainya. Ciri-ciri mereka adalah selalu memakai dresscode dan handband berwarna merah. Sebutan untuk mereka adalah Raka Peneva. Selain itu, ada juga bidang Mentoring. Bidang Mentoring bertugas sebagai pembimbing sebuah kelompok dalam DINAMIKA. Ia juga merupakan penanggung jawab kelompok tersebut. Sebutan mereka adalah Raka Mentor.

          DINAMIKA diadakan selama 3 hari, mulai dari tanggal 12 hingga 14 Oktober 2009. Kenangan dalam acara DINAMIKA selalu tersimpan dalam memori otakku karena memang acara tersebut sangat berkesan bagi seluruh mahasiswa-mahasiswi baru STAN. Banyak sekali pelajaran hidup, hikmah, dan manfaat dari kegiatan itu. Seorang Raka Peneva bernah berkata di hadapan ribuan mahasiswa-mahasiswi baru STAN, “DINAMIKA memang bukanlah segalanya. Namun, segalanya bisa berawal dari DINAMIKA”. Kata-kata inilah yang kemudian semakin membakar semangat kami untuk segera merasakan bagaimana rasanya berkuliah di STAN.

          Tibalah saatnya untuk mengawali kuliah perdanaku di STAN. Siang itu, wajah-wajah para mahasiswa yang ceria mulai memacu adrenalinku. Aku semakin semangat untuk menerima pelajaran untuk mata kuliah pertamaku di STAN, yaitu mata kuliah Pengantar Akuntansi. Ratusan mahasiswa melangkahkan kakinya dengan semangat menuju sebuah gedung kuliah termewah yang pernah kulihat, Gedung I. Gedung ini adalah gedung kuliah sementara yang digunakan oleh semua mahasiswa STAN, mulai tingkat 1 hingga tingkat 3 D3, bahkan juga sebagai tempat kuliah D4. Perlu diketahui, bahwa saat itu, hanya gedung I-lah satu-satunya gedung yang digunakan berkuliah karena gedung-gedung lain masih dalam proses renovasi. Mari kita lanjutkan pembahasan tentang gedung yang unik ini. Bentuk fisik gedung kuliah ini agak mirip dengan gedung-gedung SMA yang ada di Jepang. Dengan tampilan yang futuristik dan elegan, gedung I menjadi gedung kuliah primadona bagi anak-anak STAN. Bahkan, menurutku, gedung kuliah ini adalah gedung kuliah bintang 5. Toiletnya hampir sama dengan toilet di hotel-hotel dan bioskop. Apalagi ruang kuliahnya yang mirip dengan ruang kuliah yang ada di Jepang. Inilah gedung kuliah termewah yang pernah kulihat. Aku sangat terkagum-kagum melihat semua fasilitas ini.

          Bulan Oktober yang panasnya hampir mampu membakar kulitku tak menyurutkan tekadku untuk berkuliah walaupun jadwal kuliahku sangat berantakan akibat adanya pembangunan besar-besaran di STAN. Di bulan inilah, puncaknya pemadatan kuliah untuk semua anak STAN. Kami berjibaku menghadiri seluruh mata kuliah walaupun terkadang kami pernah harus menghadiri kuliah Bahasa Indonesia yang dimulai pukul 6 pagi. Bahkan, tidak jarang ada juga kelas yang harus menghadiri kuliah hingga jam 11 malam, saat semua orang terlelap dalam tidurnya. Kupikir, tak perlu kusesalkan jadwal kuliah yang seperti ini, karena ini adalah awal untuk sebuah akhir yang indah. Toh, apabila pembangunan di STAN telah selesai, maka kamilah, para mahasiswa STAN, yang akan menikmati hasilnya.

          Memasuki bulan November, jadwal kuliahku menjadi agak sedikit longgar karena 2 mata kuliah sebelumnya, yaitu Bahasa Indonesia dan Pengantar Akuntansi telah habis masa kontraknya. Jadi, hari kuliahku berkurang satu hari. Di bulan ini, panasnya matahari tak lagi mendominasi iklim di STAN dan sekitarnya. Panasnya matahari tergantikan oleh siraman hujan yang berawal di pagi hari dan berakhir di sore hari.

          Kesibukan kuliahku selama bulan Oktober hingga November mampu secara total menghilangkan rasa sedihku terhadap Makassar. Kini, aku tak lagi bersedih karena telah meninggalkan semua yang ada di Makassar. Rasa sedihku layu terbakar rasa bahagia. Sementara itu, rasa rinduku terhadap Makassar justru tumbuh bersemi dengan semakin cepat di dalam hatiku. Aku selalu membayangkan bisa menginjakkan lagi kakiku di kampong halamanku itu. Namun, setiap rasa rinduku itu muncul, aku harus meyakinkan pikiranku bahwa aku tak boleh pulang secepat itu. Aku ingin ‘menabung’ rasa rinduku hingga bulan September sehingga tabungan rasa rinduku bisa kukeluarkan nanti saja saat sudah penuh.

        Desember telah datang menyapa seluruh civitas STAN saat jadwal kuliah hampir berakhir. Pertengahan semester di semester pertamaku di STAN akhirnya datang juga. Kesibukan belajar meluap-luap di setiap kamar mahasiswa STAN. Inilah saatnya bagi kami untuk menunjukkan bahwa mayoritas anak STAN yang berlatar belakang pelajar IPA juga bisa menguasai pelajaran anak IPS. Di pertengahan Desember menuju akhir Desember, gelombang arus mudik anak-anak STAN yang ingin pulang ke kampung halamannya semakin besar. Maklum saja, mulai pertengahan Desember hingga awal Januari adalah hari libur panjang bagi semua anak STAN. Tiba-tiba saja, kampus STAN menjadi sepi. Bahkan kos-kosan di daerah Kalimongso dan daerah Sarmili seperti kota mati yang ditinggalkan penduduknya. Hanya kami yang jauh dari kampung halaman yang tidak sempat pulang. Hampir semua mahasiswa STAN yang berasal dari Jawa pulang ke kampung masing-masing.

        Jika aku harus memberikan penghargaan kepada siapapun di STAN, maka aku akan menghadiahkan penghargaan itu kepada semua pekerja yang telah bekerja keras dengan seluruh tenaga mereka demi membangun dan menciptakan STAN yang lebih baik dari sisi fasilitas. Aku sangat salut dengan para pekerja, para kuli, tukang batu, tukang ledeng, tukang cor, tukang listrik, dan tukang-tukang lainnya. Performance mereka dalam pentas ‘pembangunan kembali’ wajah STAN yang baru patut diacungi jempol. Mereka tampil ‘all out’ siang dan malam tanpa mengenal lelah membangun dan lagi lagi membangun gedung-gedung STAN dan jalanan menuju kampus. Aku yakin, mereka akan mempersembahkan ‘masterpiece’ mereka kepada seluruh civitas STAN di akhir Januari nanti. Dan sekali lagi, aku yakin, kami tak akan bisa berkuliah di tempat kuliah ternyaman di planet ini tanpa bantuan para pekerja. Kami harus berterima kasih pada mereka. “Terima Kasih, bapak-bapak pembangun STAN atas jerih payah Anda semua. Semoga dengan pengorbanan Anda semua, kami bisa menjadi pelajar dan pengabdi masyarakat yang baik dan adil. Terima Kasih untuk segalanya”.

         Akhir Desember. Usiaku di STAN akhirnya genap 4 bulan. Terlalu muda memang. Namun, selalu ada awal untuk akhir yang indah. Selalu ada masa kecil yang bahagia untuk masa dewasa yang bijak. Dan selalu ada kebahagian di setiap syukur yang kita ucapkan. Aku bersyukur kepada Tuhan karena Dia telah menghadiahkan kado terindah dalam hidupku, yaitu Dia telah menakdirkanku untuk kuliah di STAN. Aku tak tahu kata-kata apalagi yang pantas kuucapkan selain kalimat indah “Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin” ini. Tuhan, terima kasih kuucapkan atas segala anugrah yang telah Engkau berikan kepadaku. Aku hanya bisa membalas rizki-Mu dengan mengabdi dan taat kepada-Mu, ya Allah. Sekali lagi terima kasih, ya Allah.

        Akhirnya, kita telah sampai pada muara kisah inspiratif ini. Kisah yang sangat panjang untuk ditulis dalam media Facebook. Namun, tak ada kata terlambat untuk menyebarkan bibit-bibit semangat kepada Anda semua, pembaca setia note-note ini. Semoga kisah inspiratif yang penuh air mata saat aku menuliskannya ini bisa membawa hikmah dan semangat bagi kita semua.

         SELAMAT TAHUN BARU 2010. Semoga di tahun yang baru ini, kita bisa melakukan yang terbaik yang sebelumnya tak mampu kita lakukan. Semoga kita bisa melakukan perubahan yang positif terhadap diri kita dan lingkungan sekitar kita. Dan satu lagi, yakinlah pada mimpimu dan capailah mimpimu dengan melakukan yang terbaik. Sampai Jumpa di catatan yang lain.


Catatan ini kupersembahkan untuk :

> Ibuku tercinta yang telah membimbingku dalam setiap langkahku. I love you so much, Mom !

> Keluargaku yang telah men-support aku hingga aku bisa lulus di STAN. Thanks, I Love You, all !

> Teman-Temanku yang seperjuangan denganku di STAN.
Taufik, Afdal, Arman, Johan, Asnur, Reza, Faisal, Basit, Feri, Amal, Didi, Wandi, Mario, Saddang, Nur, Tri, Lina, dan Marvi. Kalian adalah keluarga terdekatku. Mari kita berjuang bersama-sama selama 3 tahun ini. Harumkan nama almamater kita. Jangan sampai ada yang di-DO. Viva STAN.

> Kalian pembaca notes ini dari part 1 hingga part 3 yang terakhir ini. Terima kasih ya udah membaca catatan yang gak penting ini. Semoga kita bisa bertemu lagi di catatan yang lain.

Akhir kata, SELAMAT TAHUN BARU 2010 dan SELAMAT BERJUANG MENEMPUH RINTANGAN BARU DI TAHUN INI. TETAP SEMANGAT !!!

Salam Hangat


Rama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar