Twitter.
Sebuah media jejaring sosial yang lumayan terkenal belakangan ini. Lewat twitter, arus informasi terkini mengalir dengan sangat deras karena twitter memang dirancang untuk memposting (istilah kerennya men-tweet) segala macam hal, mulai dari informasi, berita, curhatan, komunikasi antarpengguna, dan banyak hal lainnya.
Awalnya saya mencibir Twitter. Adik saya yang berusaha mati-matian untuk mengajak saya untuk pindah ke Twitter gara-gara saya suka nyampah status alay di Facebook pun akhirnya menyerah. Saya mencibir
Twitter dengan alasan yang simpel sih : saya tidak tahu cara menggunakannya. Waktu itu saya menganggap bahwa Facebook jauh lebih keren sebagai socmed daripada Twitter. Karena Facebook punya banyak kelebihan yang tidak dimiliki Twitter. Namun, walaupun Twitter kalah dalam fungsi, kenyataannya sekarang Twitter-lah yang paling digemari oleh semua anak muda se-Indonesia. Akhirnya saya bantir setir. Saya menarik cibiran saya kepada adik saya dulu dan akhirnya gantian, dia yang mencibir saya. Saya akhirnya ikut main Twitter seperti anak muda kebanyakan. Alasannya juga simpel : Biar saya lebih gaul dan lebih eksis. #sesat.
Twitter dengan alasan yang simpel sih : saya tidak tahu cara menggunakannya. Waktu itu saya menganggap bahwa Facebook jauh lebih keren sebagai socmed daripada Twitter. Karena Facebook punya banyak kelebihan yang tidak dimiliki Twitter. Namun, walaupun Twitter kalah dalam fungsi, kenyataannya sekarang Twitter-lah yang paling digemari oleh semua anak muda se-Indonesia. Akhirnya saya bantir setir. Saya menarik cibiran saya kepada adik saya dulu dan akhirnya gantian, dia yang mencibir saya. Saya akhirnya ikut main Twitter seperti anak muda kebanyakan. Alasannya juga simpel : Biar saya lebih gaul dan lebih eksis. #sesat.
Saya resmi menjadi user twitter pada bulan Oktober 2011. Ternyata membuat akun Twitter dan memainkannya itu tidak sesulit yang saya bayangkan. Di Twitter tidak ada antardinding seperti di Facebook. Jadi, saya agak mengalami kesulitan dalam mengepo orang yang ingin saya kepo. Hahaha. Dasaaar. Di Twitter hanya ada mention yang ditandai dengan tanda akeong (@). Mention ini gunanya untuk mengajak komunikasi orang yang dimention. Informasi mengalir dengan sangat deras di Timeline (sebutan untuk beranda Twitter) karena para penggunanya dengan cepat melakukan mention kepada orang lain atau juga menuliskan tweetnya.
Ada beberapa gejala yang umum yang terjadi di Twitter ini. Gejala pertama, semakin banyak followernya, maka seorang pengguna dianggap semakin populer. Jadi, tingkat kepopuleran seseorang di Twitter dapat dilihat dari seberapa banyak follower yang dia miliki. Gejala kedua, semakin banyak tweetnya, maka seorang pengguna dianggap semakin eksis. Gejala ketiga, Twitter menjadi tempat ajang pamer kegiatan sehari-hari. Orang yang awalnya tidak tahu tentang aktivitas temannya, nah melalui twitter, maka dia tahu tentang segalanya. Selain itu, jika dilihat dari sisi penggunanya, segala aktivitas mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, dipamerkan. Makan, pamer. Minum, pamer. Lagi dimana, pamer. Bahkan jika tidak malu, sedang ee* pun mungkin dia tweet di Twitternya, "Eh, gue lagi ee* nih. Ah, legaaaaa". Iuuu... -___-
Jika dikaitkan dengan ilmu psikologi, mungkin ada kaitan antara ketagihan seseorang bermain Twitter dengan sifat kenarsisan yang dimiliki di dalam diri orang tersebut. Semakin banyak orang yang mengenal dirinya, semakin narsislah ia, dan semakin jauhlah ia dari sifat kerendahan hati.
Jika dikaitkan dengan ilmu psikologi, mungkin ada kaitan antara ketagihan seseorang bermain Twitter dengan sifat kenarsisan yang dimiliki di dalam diri orang tersebut. Semakin banyak orang yang mengenal dirinya, semakin narsislah ia, dan semakin jauhlah ia dari sifat kerendahan hati.
Sudah lebih dari 6 bulan saya bermain Twitter. Namun, follower saya tidak semakin bertambah. Tidak, saya tidak pernah berniat untuk mencari popularitas dengan bermain Twitter. Saya hanya berniat untuk mencari teman sekaligus mencari pengalaman. Walaupun follower saya sedikit, namun jika yang mem-follow saya benar-benar teman saya, maka bagi saya itu sudah cukup. Selama beberapa bulan bermain Twitter ini, saya tidak hanya sekedar bermain Twitter, namun saya juga meneliti sikap-sikap pemain Twitter ini. Berdasarkan penelitian yang saya lakukan selama beberapa bulan ini, ternyata pengaruh Twitter dalam mengubah gaya hidup, budaya, dan bahasa masyarakat Indonesia sangat besar.
Lewat Twitter, gaya hidup sebagian besar dari mereka berubah drastis. Dari berteman dengan semua orang menjadi berteman dengan sekelompok orang saja yang cocok dengan dirinya. Dari social personality menjadi antisocial personality. Lewat Twitter, mereka memilih-milih orang yang mereka ingin ajak berkomunikasi tanpa menyadari bahwa semua orang itu butuh penghargaan atas ajakan untuk mulai berteman. Seperti beberapa teman saya di Twitter dan beberapa orang lain yang belum bisa saya anggap sebagai teman karena mereka belum mengenal saya walaupun saya telah tau banyak tentang mereka. Ya, beberapa dari mereka saya uji dengan melakukan mention terhadap tweet yang mereka lontarkan di kotak tweet dan hasilnya ? Hanya beberapa saja yang merespon atau me-reply mention saya. Padahal, jika mereka mengecek daftar sebutan/mention mereka, mungkin mention saya tidak cukup terlalu tenggelam untuk sekedar dilihat, dibaca, apalah lagi untuk dibalas. Namun, karena memang Twitter telah mengubah gaya hidup dan cara bersosialisasi seseorang, hal itu kemudian menjadi pembenaran atau justifikasi atas tidak terbalasnya mention-mention saya terhadap mereka. Tidak, saya tidak terlalu berharap mention saya untuk dibalas, karena bagaimanapun terkadang kebanyakan percakapan di Twitter itu memang tidak penting sama sekali untuk diikuti. Hanya sekumpulan percakapan berisi gosip atau nyampah belaka. Yang saya uraikan di sini hanyalah hasil penelitian saya tentang pengaruh Twitter terhadap keadaan psikologis penggunanya.
Twitter juga telah berpengaruh mengubah budaya seseorang. Budaya tidak suka menulis yang dimiliki oleh remaja masa kini tergantikan oleh budaya suka menulis. Memang menulis adalah kegiatan bermanfaat. Namun, jika yang ditulis itu sekedar tweet-tweet nyampah, ya sama saja tidak ada artinya. Mungkin mereka akan melakukan pembelaan seperti ini, "Itu kan hak gue. Kenape lu yang sewot ?". Ini bukan masalah siapa yang punya hak dan siapa yang sewot. Tapi, saya hanya semata-mata membantu kawan-kawan untuk melakukan aktivitas yang lebih bermanfaat dibandingkan nge-tweet hal-hal yang gak bermanfaat, ya kan ? :)
Lewat Twitter, bahasa Indonesia yang baku menjadi sedikit terpinggirkan. Diganti oleh bahasa-bahasa gaul dan kadang-kadang alay (tak munafik, saya juga sering memakai bahasa ini sih wkwkwk :p). Iya, jadi seperti itu, bahasa Indonesia yang seharusnya dijunjung tinggi malah kurang dihargai. Tidak bisa disalahkan juga sih, karena penulisan tweet di Twitter hanya mencakup 140 karakter, dimana pengguna Twitter dimungkinkan untuk membuat bahasa mereka sekreatif mungkin, sesimpel mungkin. Huh.
Namun, di antara semua pengaruh tersebut, yang agak saya sesalkan adalah pengaruh Twitter terhadap sikap penggunanya. Mereka lebih introvert dan hanya mau bergaul dengan sesama mereka sendiri, tanpa mau peduli bahwa ada pula orang-orang seperti saya yang ingin menjadi teman mereka, namun harus terabaikan gara-gara sifat eksklusivisme yang tumbuh seiring eksistensi mereka di ranah per-Twitter-an.
Ini adalah fakta dan kenyataan. Saya ditanya oleh teman-teman saya seperti ini dengan pertanyaan seperti ini, "Rama, kamu kok pendiam banget sih. Ngomong dong. Kayak gak ada suaranya aja". Trus ada juga teman yang berbicara seperti ini, "Rama, kalo kamu mau punya banyak teman, banyak ngomong ya. Banyak bergaul". Oke, saya patuhi nasihat mereka. Akhir-akhir ini saya sudah mulai sering speak-up, sering mengajak ngobrol teman-teman yang menasehati saya itu. Tapi apa pengaruhnya ? Mereka malah tidak acuh pada saya. Mereka yang mengharapkan saya banyak bergaul dengan mereka, ketika saya mulai mendekati mereka dan mencoba menjalin pertemanan yang hangat dengan mereka, mereka malah tidak mempedulikan inisiatif saya. Baik lewat dunia nyata apalagi lewat dunia maya. Aneh, kan ? Ya memang begitulah kenyataannya. :')
Kayaknya uneg-uneg saya tentang pandangan saya terhadap Twitter dan orang-orang yang bermain di dalamnya sudah terlalu panjang dan pembahasannya sudah kemana-mana. Hahaha. Bagi readers yang membaca tulisan saya kali ini, tolong jangan terlalu diambil hati ya jika ada kata-kata saya yang mungkin berseberangan dengan kata hati kalian. Tulisan ini tidak bermaksud untuk men-judge siapapun. Ini murni hanyalah hasil dari buah pemikiran saya sendiri. Ini murni pendapat saya. Jika ada yang tersungging, eh salah, tersinggung maksudnya, saya minta maaf ya.
Mari kita mengambil hikmah, pelajaran, renungan, dan koreksi terhadap diri kita sendiri.
Sudah seberapa tinggikah kepekaan kita terhadap perhatian orang lain ?
Sudah seberapa besarkah rasa sosial kita terhadap orang yang mempedulikan kita dengan perasaan tulus mereka ?
Mari sejenak kita renungkan.
...
...
...
Sudah ?
Oke, baguslah. ^_^
Terakhir, ini pesan saya (sekedar pesan saja :)) :
Jangan sampai terlalu ketagihannya kita bermain di dunia maya membuat kita lupa bahwa masih ada tanggung jawab sosial kita yang lebih besar lagi terhadap orang lain di dunia yang lebih nyata.
Salam Cinta untuk Semua Manusia yang Peduli Sesama dan Kedamaian :) :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar