Mata dan Tubuh ini.
Mereka begitu kompak merapuhkan tekad bajaku.
Tekad baja yang telah kutempa semalaman tadi.
Siang tadi, ditemani mentari yang kian menguning.
Aku bertekad merencanakan masa depan.
Dengan laptop yang bersahabat dan kipas angin yang pengertian.
Aku siap menghadapi berlembar-lembar laporan yang harus ku ketik.
Namun, Mata dan Tubuh ini.
Mereka berkonspirasi untuk menumbangkan tekadku itu.
Mereka berbisik-bisik jahat untuk meruntuhkan optimisme-ku itu.
Mereka jatuhkan bom atom 'ngantuk' yang amat dahsyat. Tepat di dalam otakku.
Membuatku berpikir, inilah saatnya menikmati holiday di hamparan Ramadhan yang menghijau.
Mata ini dengan jahatnya membacakan mantra tidur yang melenakan.
Tubuh ini dengan kejamnya meringankan dirinya, bak balon gas yang ingin relaksasi ke angkasa, menjauh dari genggaman tangan anak-anak kecil.
Mulut yang tak berdosa ini pun jadi sasaran. Ia berkali-kali menguap, menuntut haknya untuk ditaburi bubuk peristirahatan.
Lantas apa yang harus kulakukan untuk melawan mereka ?
Aku tak berdaya dihantam nafsu untuk memejamkan mata.
Nafsu itu datang bertubi-tubi, berdalih bahwa tidur adalah ibadah bagi mereka yang berpuasa.
Ah, nafsu, tau apa kau tentang ibadah ?
Bukannya yang kau tau hanya maksiat, maksiat, dan maksiat ?
Tololnya aku jika ku turuti terus nafsu gila ini.
Sejurus kemudian kutiupkan titah ke semesta.
Lalu, semesta mengembalikan titah itu kepada sang Mata dan Tubuh.
"Mata, tertutuplah kau hanya pada saatnya. Dan kau tubuh, jadilah penopang yang baik untuk jiwamu dan juga matamu".
Sedetik kemudian, ku bangun dari tidur panjangku.
Ah, semoga tekad yang kurajut ulang ini tak terhipnotis lagi oleh kenikmatan bermimpi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar