Dulu waktu saya masih pacaran sama Miss HMP, saya sering banget merekam suara percakapan saya dan dia. Tujuannya simpel sih sebenarnya. Biar kalo saya kangen sama dia, saya bisa dengerin suara dia yang lembut.
Banyak obrolan dan percakapan yang saya rekam lewat HP saya itu. Antara lain, percakapan ketika kami sedang bersenda gurau, ketika kami menghadapi suatu masalah dan kami menangis bersama, ketika dia menangis karena kami bertengkar, ketika kami bermain jika-maka, ketika kami ngomongin hal-hal yang kami sukai. Ah, pokoknya banyak momen-momen yang memorable deh dalam rekaman itu.
Salah satu momen yang paling kami sukai saat kami telpon-telponan adalah bermain jika-maka. Jadi, permainannya itu adalah seperti ini. Saya menulis daftar kegiatan yang diawali dengan kata "jika", misalnya "jika aku makan". Di seberang sana, dia menulis daftar kegiatan yang diawali dengan kata "maka", misalnya "maka aku menangis". Jadi, ketika setelah semua daftar kegiatan itu ditulis, kami menyebutkan apa yang kami tulis, sehingga menjadi satu kalimat yang utuh, "Jika saya makan, maka saya menangis". Nah, di situlah letak keseruannya. Kami tidak akan menduga apa yang pasangan kami tulis, sehingga kalimat utuhnya akan jadi lucu. Dan kemudian kami akan tertawa terbahak-bahak. :D
Telponan kami tak selamanya isinya senang-senang saja. Di suatu kesempatan, muncul juga momen yang kami tidak sukai, yaitu momen saat kami bertengkar. Saat kami bertengkar, kami saling adu argumen. Mempertahankan pendapat masing-masing dan tiada yang mau mengalah. Menjaga ego agar tetap tinggi. Saling menyalahkan. Hingga akhirnya, tumpahlah air matanya. Menangislah ia. Dan ibalah hatiku mendengar jeritan hatinya. Kalau sudah begini, saya menjadi tidak sanggup lagi untuk menelponnya. Ingin mendamaikan hatinya yang luruh, tapi tangisannya semakin keras terdengar. Membuatku menyesali kata-kata kasar yang keluar dari mulut ini.
Hari ini hampir tepat 4 bulan kami berpisah. Hampir tepat 4 bulan kami putus. Kini kami telah menjalani hidup kami masing-masing. Dia bersama pujaan hatinya yang baru yang lebih tua 5 tahun dari usianya. Dan saya tanpa siapa-siapa. Sekarang, saya kembali ke posisi dimana saya belum memiliki dia. Kembali ke posisi jomblo, tanpa pasangan, tanpa orang yang senang memberikan perhatinnya pada saya. Kembali ke saat ketika saya belum merasakan pancaran sinar cinta yang dia arahkan ke hati saya. Hati saya kembali kehilangan sosok yang saya cintai mati-matian. Setelah saya kehilangan nona TL, di kesempatan kedua, saya kembali kehilangan nona HMP. Padahal saya cinta mati pada kedua mantan saya itu.
Mungkin memang benar apa yang dikatakan para pujangga itu bahwa "Cinta tak harus memiliki". Namun, jika memang begitu, lalu untuk apa orang yang saling jatuh cinta itu menikah ? Bukankah untuk saling memiliki ? Entahlah, namun yang saya rasakan sekarang, saya terjebak dalam perasaan rindu yang teramat dalam. Rindu yang entah dari mana datangnya. Rindu akan momen-momen romantis yang kami ciptakan di telpon. Rindu akan canda tawa yang pernah ada. Rindu akan kepedulian dan perhatian yang dia berikan. Rindu akan hal-hal yang kami bagi bersama. Rindu akan kebaikan dan kelembutan hatinya. Ah, pokoknya saya rindu semuanya.
Tapi semua kerinduan itu harus segera sirna dari hati saya. Karena nurani saya mengingatkan bahwa saya tidak boleh larut dalam kesedihan. Nurani saya menambahkan bahwa tak ada gunanya lagi saya untuk kembali padanya karena dia sudah benci setengah mati pada saya. Nurani saya memotivasi saya untuk lebih semangat dalam menjalani hidup dan katanya, saya pantas kok mendapatkan wanita yang jauh lebih setia dan lebih sayang kepada saya dibandingkan wanita-wanita terdahulu yang pernah menemani perjalanan hidup saya.
Kembali ke rekaman. Rekaman percakapan kami adalah satu-satunya hal yang saya punya yang bisa membuat saya teringat sama dia. Bukan bermaksud untuk menumbuhkan kembali rasa cinta saya pada dia, namun saya cuma ingin mengingat dan mendengarkan momen-momen ketika dia masih sayang, masih baik, dan masih peduli pada saya. Rasanya saat itu sungguh membahagiakan hati.
Rekaman ini mungkin akan selalu saya simpan hingga sampai suatu saat nanti saya benar-benar telah menemukan wanita yang pas dengan apa yang nurani saya inginkan, yaitu wanita yang sholehah, mendirikan sholat yang utama, derma pada sesama, taat pada agama, dan sayang pada mama. ^_^
Setelah ku temukan sosok wanita yang seperti itu, saya tidak akan ragu lagi untuk menghapus semua memori tentang mantan saya itu, semua bayangannya, semua kenangannya, dan yang utama adalah semua rekaman percakapan romantis kami. Karena saya tidak ingin hati saya mendua. Saya hanya ingin menjadi lelaki yang hanya setia pada gadis sholehah yang Allah kirimkan untuk saya kelak. Saya tidak ingin lagi menyakiti hati wanita yang rela dan tulus menghibahkan hidupnya untuk dijalani bersama dengan saya. Itu adalah hal yang menakjubkan, mengingat bahwa saya hanyalah manusia yang penuh dengan kelemahan dan kehinaan. Jika ada wanita sholehah yang ingin memperbaiki hidup saya, maka dialah wanita yang benar-benar tulus mencintai saya lillahi ta'ala. Dia mencinta saya, fillah. Semoga cintanya pada saya kelak bercahaya di dunia dan akhirat. Amin. :))
Kurang lebih sudah 45 menit saya menulis catatan panjang ini. Semoga segalanya bisa berjalan atas restu-Nya. Dan semoga saya segera tidak perlu lagi mengenang-ngenang momen indah yang dulu tercipta bersama dengan wanita yang bukan menjadi hak milik saya. Amin.
Sampai jumpa, pendengarku yang baik. Salam :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar