(lanjutan)
Bahkan, menjelang dan setelah sholat Jum'at di masjid yang berjarak sekitar 2 km dari cottage kami (kata anak sekolahan sekitar situ) pun saya masih sangat galau. Takut kalau-kalau kacamata saya tidak akan pernah bisa ditemukan lagi. Selepas sholat Jumat, kami melanjutkan permainan yang diberi nama Uno Stacko. Uno ini secara konsep hampir sama dengan Uno yang dimainkan dengan kartu. Bedanya, Uno Stacko mengambil konsep, mempertahankan bangunan yang pondasinya diambil satu persatu berdasarkan
angka dan warna pondasi. Untuk aturan main yang lebih jelas, klik ini.
angka dan warna pondasi. Untuk aturan main yang lebih jelas, klik ini.
Setelah puas bermain Uno Stacko, kami melanjutkan permainan yang konon kemudian menjadi sangat populer di kalangan anak-anak singkong Cassava. Nama permainannya adalah Mafia. Kami bermain mafia dari siang sampai jam 16.00 sore.
Setelah itu, kami mereka melanjutkan kegembiraan kami mereka dengan bermain di pantai. Saya mengekor di belakang teman-teman Cassava yang telah sampai duluan di pantai. Ada dua agenda kegiatan oleh dua kelompok Cassava di pantai itu. Agenda pertama oleh mayoritas anak-anak Cassava adalah mencicipi Banana Boat. Bukan, itu bukan makanan olahan dari buah pisang, melainkah sebuah permainan pantai yang menguji adrenaline. Dan agenda yang satunya oleh saya sendiri, yaitu melanjutkan pencarian kacamata saya yang hanyut tadi pagi. Hmm, saya mencari kesana kemari, menyisir segala sisi pantai, tak jarang pula harus rela dihantam ombak yang berdebur sangat keras di dada. Bahkan, abang-abang pemilik jasa sewa papan luncur juga turut menawarkan diri (sekaligus menawarkan tarif imbalan jasa, jika dia berhasil menemukannya) untuk membantu saya menemukan kacamata saya. Jadi, fix hanya ada dua orang yang mencari kacamata-yang-hilang-yang-tidak-seharusnya-dicari-di-pantai itu. Hingga magrib datang dan matahari pamit pulang ke 'rumahnya' pun, kacamata saya tidak berhasil ditemukan. Teman-teman cassava puas bermain dam bersenang-senang dengan banana boatnya, saya juga puas menghabiskan tenaga mencari apa yang telah menjadi barang vital buat saya selama 4 tahun terakhir ini. :')
Malam menjelang, kami sibuk membersihkan diri di kamar mandi, bergantian tentunya. Setelah semuanya selesai mandi, kami melanjutkan bermain Mafia sambil menunggu makan malam dihidangkan. Setelah beberapa ronde permainan, hidung kami menangkap aroma-aroma surga. Yap, makanan malam yang dibuat oleh mas Irwan akhirnya terhidang. Kami rebutan mengerubungi meja makan, mengisi penuh piring-piring kami dengan aneka ragam makanan yang mampu menaikturunkan kerongkongan kami. Setelah makan malam, kami dikumpulkan lagi oleh kabid acara, yaitu Jona. Acara pemberian testimoni dan komentar kepada setiap anak Cassava, tukar-tukar kado, dan penganugerahan julukan Ter- juga untuk setiap anak Cassava pun tak terelakkan. Tawa, canda, ria, haru, campur aduk memenuhi cottage kami. Malam yang panjang itu berakhir dengan rangkaian beberapa acara, yaitu acara makan ikan bakar bersama, acara truth or dare, dan acara terakhir bermain mafia (lagi). Nampaknya, dalam beberapa tahun ke depan, permainan mafia ini akan menjadi permainan yang sangat populer di kalangan keluarga Cassava ketika reuni nanti. Ya kan ?
Segenap Cassavers kemudian bangun pagi keesokan harinya, di Sabtu pagi yang cerah. Rangkaian kegiatan : olahraga, olahkata, sampai tebak kata, kami jabanin. Seru, asyik, dan menghibur. :)
Dua orang room boy telah selesai mengemban tugas mereka, memasakkan hidangan terbaik untuk pagi kami yang indah itu, ketika kami mengakhiri rangkaian permainan itu. Huaaaah, saatnya makan pagi. :')
Kami makan dengan lahap. Menu makanan kami terdiri dari aneka-sayur dan nugget. Sayangnya, saya menjadi pengantri paling akhir, sehingga breakfast saya pagi itu hanyalah sepiring penuh nasi ditemani dua potong nugget. Nikmat, walaupun lebih sederhana dari yang diperoleh teman-teman Cassava lainnya. Bersyukur. :)
Menjelang siang, kami bersiap-siap untuk kembali ke Bintaro. Namun, sebelum semua itu terlaksana, kami kemudian mengabadikan diri kami dalam sebuah mesin camdig milik Rino. Foto-foto di pinggir pantai. Asyik sih. Hehhehe... Lalu, kami kembali menyatroni mobil tronton yang konon akan membawa kami kembali ke asal mula kami berada #beuh, bahasanyaaaa# -__-
Perjalanan yang memakan waktu sekitar 6 jam itu tidak terasa karena keasyikan bermain mavia (lagi). Bayangkan saja, 6 jam di dalam mobil tronton dihabiskan anak-anak Cassava hanya untuk bermain mavia. Ini bukti betapa populernya permainan ini dan mungkin akan menjadi trendmark kelas kami di masa depan. Hiks hiks hiks, jadi pengen nangis. T_T
Kami sampai di kampus tepat pukul 18.06 malam. Alhamdulillah, kami sampai dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang........ (silakan lanjutkan sendiri). Kata-kata penutup dari sang korlak kece, Ilham, menjadi penanda perpisahan kami malam itu. Anak-anak Cassava pun pulang ke kosan masing-masing dengan perasaan lega dan bahagia, kecuali saya tentunya yang masih sangat galau akibat kehilangan kacamata coklat itu. :(
Kisah ini berakhir sampai di sini ? Tidak. Masih ada lanjutannya. Tunggu sesaat lagi.
makrab itu kegiatannya main2 aja yah... :D aku sampe ngerasa ikut bersenang2 bacanya...
BalasHapus